Sabtu, 17 Desember 2011

Public Figur Dukung Ganja, Apa Jadinya Indonesia?

“Daripada merokok, lebih baik ganjalah. Rokok dihisap bikin mati, kalau ganja paling-paling bikin ketawa, Jika dimanfaatkan dengan benar, tanaman ganja bisa membantu pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) dalam kaitannya dengan kemiskinan. Kemiskinan bisa berkurang jika ganja dilegalkan dan para petani bebas menanam ganja,” ujar Pandji Pragiwaksono



Ganja mulanya diperuntukkan tujuan medis, namun disalahgunakan menjadi narkoba. Memang, sifatnya yang adiktif membuat penggunanya menjadi ketagihan. Padahal euforia sesaat tersebut harus dibayar mahal dengan berbagai gangguan fisik dan psikis di kemudian hari. Bahaya ini bukannya tidak disadari, bahkan pecandu pun umumnya sadar betul bahaya narkoba. Oleh karena itu, lazim kita dengar kampanye anti arkoba, baik dari pihak masyarakat atau pemerintah. Namun, akan sangat menghebohkan jika ada kampanye mendukung narkoba, bisa-bisa dihakimi massa.

Betapa hebohnya ketika Pandji Pragiwaksono, presenter yang tengah naik daun berasal dari kalangan terpelajar, terang-terangan mendukung ganja sebagai narkoba. Entahkah dia sadar atau tidak, namun kecanduan nyimeng (istilah lain menggunakan ganja) hanya membuat ketawa sesaat, menderita kemudian. Lebih heran lagi, kalau pelegalan ganja dianggap dapat mengatasi masalah kemiskinan. Produksi tembakau sebagai bahan baku rokok yang membanjiri Indonesia pun tidak menyelesaikan masalah kemiskinan. Petani toh tetap saja miskin, bos-bos pabrik rokoklah yang semakin kaya.
Lantas, apa masalahnya dengan pernyataan beliau ini? Masalahnya adalah beliau public figure dan Orang Indonesia memiliki kecenderungan cepat mengadopsi tren dari pesohor. Busana, model rambut, celetukan , dan macam-macam lainnya dari public figurer dengan sangat cepat menyebar ke seantero negeri. Dapat dibayangkan jika pernyataannya yang pro pelegalan ganja ini dijadikan pembenaran untuk mengkonsumsi narkoba. Sebetulnya bukan hanya Pandji, masih banyak pesohor-pesohor : artis, pejabat, tokoh di Indonesia  yang sering keseleo lidahnya. Harap-harap hanya keseleo di lidah, kalau keseleonya di hati, cape deh!
Sebagai masyarakat biasa, saya hanya dapat berharap agar public figure negeri ini lebih cerdas dalam memberikan pernyataan. Ada dua ratus juta lebih orang Indonesia yang mungkin berubah hidupnya (lebih baik atau lebih buruk) karena Anda sekalian. Salam perjuangan demi Indonesia yang lebih baik!

0 komentar: